Tiada Tanpa Pusara
Termenung aku di bawah rindangnya pohon kamboja, Di antara kokohnya beberapa nisan yang mulai usang dan kurang terawat..
Ku dengar, suara merdu istriku melantunkan ayat-ayat suci Al qur’an, yang begitu menenangkan hati, begitu damai,dan mampu membuka kembali lembaran-lembaran dosa yang sengaja ku tutup rapat. Di atas pusara Bapaknya, dia menangis, meratap penuh penyesalan..Penyesalan dari sebuah permintaan maaf, yang tak terucapkan.
Aku hampiri dia, ku bimbing dia berdiri. Aku hanya bisa ucapkan,
” sudahlah Mah.. ”.
Padaha banyak sekali yang ingin ku ucapkan, untuk menghiburnya.., Bahwa dia masih beruntung, seperti di hari raya ini, dia masih bisa menjenguk bapaknya, walau yang dia temui hanya nama yang tertulis indah di batu nisan.
Sedang Aku, tidak seberuntung itu, bapaku tiada tanpa pusara. Aku kehilangan jejaknya yang bak di telan bumi.. Tiada kabar, tiada berita,. Yang ada hanyalah kenangan-kenangan indah saat aku di manjanya, dan itu membuatku sakit lebih dari yang kau rasakan sekarang..
Dua puluh lima kali Iedul Fitri berlalu sudah, tanpa sekalipun aku bisa melihat bapaku, walau itu hanya sebuah nama yang terukir indah di batu nisan .
Lamunanku buyar,, suara anaku memanggil, dan merajuk mengajak kami pulang. Istriku tersenyum, sambil mengusap air mata dengan sapu tangan yang aku berikan. Ku gendong anaku, ku bisikan padanya sebuah pertanyaan,
” bila ayah meninggal, apa Ade mau menjenguk makam ayah..??”.
Sambil bergelayut manja dia menjawab,
” pasti dong yah..”
Aku tersenyum sambil berlalu..
” SELAMAT TINGGAL BAPAK..”.
Post a Comment for "Tiada Tanpa Pusara"
Silahkan berkomentar sesuai tema posting di atas. Komentar jorok, spam, atau tidak relevan, akan kami hapus secara permanen.