Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Apakah Benar Tuhan Mboten Sare.?

Dalam sebuah anekdot dikatakan " Jika Tuhan itu sama seperti pembuat arloji atau jam tangan. Dimana saat jam tangan itu selesai dibuat, dia tidak ada hubungannya lagi dengan jam tersebut, dia akan berjalan dengan sendirinya secara mekanis.". Yang artinya setelah Tuhan selesai menciptakan alam dengan segala sistemnya, maka Tuhan tidak melakukan apa apa lagi.

Mekanisme Alam

Itulah salah satu bentuk kritik keras terhadap pandangan monoteisme radikal yang menyebut bahwa Tuhan dan alam adalah dua esesnsi yang berbeda. Dimana Tuhan dianggap sebagai pencipta dan alam adalah yang diciptakan beserta mekanismenya atau hukum alam atau dalam bahasa agama disebut dengan Sunatullah. Yang berarti hubungan Tuhan dengan alam terbentuk dalam sebuah Causalitas.

Sepanjang penghayatan akal saya, aktifitas dunia ini memang tidak lepas dari mekanisme hukum alam. Ada subuah sistem yang menghidupi alam, itu jika dilihat dari gejala gejala yang ada pada dunia, setelah memikirkan yang Tuhan ciptakan. Misalnya jika kita lihat air akan selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah, jika kita menyentuh api akan terasa panas dan terbakar. Begitu pula dengan fenomena kehidupan manusia, ada sebuah sistem yang bekerja dengan sendirinya, misalnya nasib suatu kaum tidak akan berubah kalau dia tidak merubahnya sendiri, orang yang bodoh pasti karena gagal memanajemen pikirannya, orang lemah pasti kalah, orang miskin pasti ditindas dan semacamnya.

Dengan kata lain semua yang terjadi pada alam itu bukan karena Tuhan. Sebab menurut bentuk causalitas, Tuhan sudah tidak ada lagi hubungan dengan alam. Jadi yang bertanggung jawab atas segala aktifitas yang terjadi pada alam adalah sumbu sistem, atau hukum alam, atau Sunatullah. Begitupun yang terjadi dengan manusia. Siapapun manusia dengan segala sikap dan perbuatannya akan menuai akibat, efek, manfaat dan ganjaran yang setimpal. Jika sikapnya selaras dengan hukum alam, maka dia akan mendapat hasil yang sepadan, begitupun sebaliknya.

Lalu setelah menghayati gejala mekanisme alam seperti yang tertulis di atas apakah saya berhenti.? Tentu saja tidak, karena referensi yang menghampiri atau sengaja saya hampiri bukan hanya berasal dari situ saja. Suatu hari saya pernah kesasar pada sebuah referensi yang merumuskan jika Tuhan itu tidak pernah tidur, atau Gusti Allah mboten sare. Tuhan terus bekerja setiap waktu, sebagai yang maha kreatif dan maha pencipta. Yang artinya Tuhan dan alam itu bukan sesuatu yang terpisah tapi satu kesatuan, yang disebut juga sebagai Tauhid.

Ibaratnya antara Tuhan dengan Alam atau Pencipta dan yang dicipta itu ibarat dua sisi mata uang. Alam adalah bukti keberadaan Tuhan, Alam adalah kulit luar dari esensi Tuhan. Bila di analogikan ini sama dengan esensi bawang merah. Kita kupas kulit pertama maka muncul kulit kedua, kita kupas kulit kedua muncul kulit ketiga, begitu seterusnya hingga kulit yang kita kupas itu habis. Setelah kulit bawang itu habis, lalu muncul pertanyaan, mana yang disebut dengan bawang itu sebenarnya.?
Karena yang kita kupas hanya kulit demi kulit yang nampak, artinya saat kita mengelupas semua kulit bawang itu sampai habis, sama dengan menghabisi bawang itu sendiri. Jadi kulit itu adalah bawang itu sendiri, Alam itu adalah Tuhan itu sendiri.

Dari situ maka kita bisa memahami antara yang terlihat dan tidak terlihat, bisa memahami sisi luar dan sisi dalam, bisa merasakan kohesi antara Tuhan dan alam. Jadi saat kita melihat bagian bagian Tuhan, maka itu disebut sebagai alam. Karena esesni Tuhan adalah Totalitas, sebuah unity, sebuah soliditas, sebuah kestuan yang tunggal, yang esa, itulah kunci tauhid. Maka saat ada seseorang yang menganggap alam dan Tuhan adalah entitas yang berbeda, atau ada orang mengatakan" aku dan engkau" kepada Tuhan itu sama saja dengan menduakan Tuhan, membuat tandingan Tuhan.

Post a Comment for "Apakah Benar Tuhan Mboten Sare.?"