Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MUI Larang Salam Kebhinekaan, Harus di Rukyah

Entah ada apa dengan MUI ini, belakangan saya lihat gampang sekali mereka mengeluarkan fatwa-fatwa aneh yang menurut saya terlalu grasak grusuk. Apa lagi jika menyangkut masalah perbedaan diluar agama atau bahkan perbedaan pandangan diantara sesama Islam itu sendiri. Gampang sekali MUI ini mengeluarkan fatwa sesat atau haram. Seolah-olah mereka ini wakil Tuhan yang mempunyai hak untulk mengeksekusi orang lain. Padahal mereka ini hanya sebuah lembaga independen untuk mengayomi umat Islam di Indonesia. Tujuanya yaitu membantu pemerintah melakukan hal hal yang menyangkut kemaslahatan umat.

Tapi anehnya sikap MUI akhir-akhir ini justru malah bertentangan dengan pemerintah, bahkan apa yang dikeluarkan MUI terlihat seolah-olah melawan pemerintah. Semua orang pasti tahu siapa Tengku Zul, Abdul Somad, Sugik Nur, Riziek Shihab, Bahar bin Smith, Felix Siau, Yahya Waloni, dsb. Isi ceramah mereka sangat provokatif, mengintimidasi, bahkan kasar. Ceramah seperti ini jelas akan menghasilkan bibit-bibit perpecahan, tapi kenapa MUI tidak pernah bertindak apa-apa? Kenapa MUI terkesan membiarkan.? kalaupun bertindak paling hanya mengeluarkan dalih harus bertabayyun.


Dan yang paling baru, lagi lagi MUI mengeluarkan fatwa kontroversi. Dimana MUI Jawa Timur melarang umat muslim mengucap sallam agama lain dengan alasan Alllah akan murka jika dilakukan. Fatwa aneh tersebut, ternyata di dukung juga oleh MUI pusat yang berada di Jakarta.
Luar biasa bukan.?

Yang menarik adalah pernyataan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyikapi fatwa ini.
"MUI Jateng tidak apa-apa, tidak ada komentar apa-apa. Kita menghormati semuanya. Kemarin dengan Ketua MUI Jateng tidak ada cerita soal ini," katanya.
Pernyataan tersebut bukan tanpa alasan, karena sudah sejak lama banyak pejabat publik yang mengucapkan sallam tersebut, sebagai realisasi budaya untuk memperkuat ukhuwah wathoniyyah atau persaudaraan kebangsaan.

Jadi menurut saya, sallam itu wajar saja bila di ucapkan di negara yang majemuk, karena kita tahu negara ini terdiri dari rakyat yang multi agama. Sebagai wujud rasa saling menghormati, apa salahnya?
Itu lebih baik dari pada ucapan ustadz-ustadz provokatif saat berceramah. Dan mestinya kepada merekalah imbawan MUI itu ditujukan. Berani.?


Assalamualaikum, Shalom, Namo Buddhaya, om Swastiastu

Post a Comment for "MUI Larang Salam Kebhinekaan, Harus di Rukyah"