Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Agama Tanpa Moral, Mati.!

Salah benar itu relatif, tergantung dari mana dia memandang. Bahkan suci atau tidak sucinya sesuatu juga telatif, karena itu hanya sebuah penilaian.

Contohnya kitab suci, atau buku yang disucikan. Beragam orang yang menilai dan menyikapi kitab suci, ada yang menyebut fiksi, ada yang menyebut karangan, ada yang menyebut kitab porno, bahkan ada yang membakar atau menginjaknya, padahal oleh pengimanya dianggap sebagai kitab suci dengan sakralitas yang tinggi.

Jadi tidak ada parameter baku untuk sebuah penilaian. Tidak ada ukuran pasti untuk sakralitas sesuatu. Orang bisa menilai apapun dan bagaimanapun tergantung dalil masing-masing.

Maka disinilah urgensinya norma moral dalam kehidupan sosial, Karena moral dan norma sosial ada ukuranya, ada parameternya, ada batasnya. Tidak bisa semau gue. Saat anda beranggapan " itu hak gue untuk menilai", jangan lupakan juga hak orang lain. Saat anda merampas hak orang lain, anda sudah menabrak batas moral, itulah ukuran sebuah kejahatan.

Mudahnya, saat anda akan mengatakan
" kitab suci itu fiksi, atau bible itu kitab porno, atau Qur'an itu kitab teror, atau veda itu kitab tahyul " dengan bermacam dalil,
Ingat saja apakah secara moral akan ada yang tersinggung..?
Akankah merampas kebahagiaan seseorang.?
Kalau ada jangan lakukan, itu kejahatan.

Tapi hal begini memang jarang terpikirkan, bahkan oleh orang sekelas profesor pun. Apa lagi motifnya cuma ingin terkenal dan di anggap hebat. Padahal itulah modal utama Indonesia di mata dunia sebagai negara yang Majemuk.

Guru IPS tanpa tanda gaji
Taohids

Post a Comment for "Agama Tanpa Moral, Mati.!"