Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara Orang Mulia Saat Melawan Pendapat

Saat saya sedang berdialog di sebuah arena perdebatan,
Sering sekali saya jumpai argumen tolol mereka saat melawan pendapat.
Bahkan bisa sampai pada level argumen caci maki.
Namun itu bisa saya maklumi
Karena saya yakin itu tidak berasal dari kedirianya.
Tapi dari dayang yang sudah membelenggu semua tentang kedirianya.
Artinya dia hanya menjadi seorang cenayang, hanya mediator dari sesuatu.
Contohnya adalah dogmatisme.

Namun ada juga yang lebih parah dari itu
Yaitu pembelokan argumen dengan alibi.
Dan itu dilakukan, kebanyakan oleh manusia munafik yang sudah merasa mulia.
Misalnya saat apa yang dibicarakan menuntut sebuah kecerdasan,
Namun karena tidak mampu, alibi mereka langsung berbelok ke rasa.
Contoh kasus,
Saat saya membutuhkan kecerdasan untuk membahas tentang eksistensi Tuhan,
Mereka sering melontarkan argumen seperti ini sebagai jawaban:
" Hidup ini tidak hanya butuh kecerdasan saja, hati nurani juga di perlukan. 
Kecerdasan otak saja tidak cukup untuk membahas pribadi Tuhan,
Tapi diperlukan juga kecerdasan Rasa ".

Menurut mereka,
Bisa jadi itu adalah argumen cerdas untuk melawan pendapat.
Tapi bagi saya itu adalah argumen munafik,
Yang dilakukan oleh orang tolol yang tidak mau mengakui ketololanya.
Dan itu, juga bukan berasal dari kedirianya..
Padahal kalau mereka mau mengakui dengan jujur,
Bahwa dia tidak tahu dan tidak mampu, maka masalahnya jadi selesai
Dan dia akan merasa nyaman dengan dirinya sendiri.
Itu akan sangat lebih saya hargai..