Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Uforia Ramadhan di Dalam Mesjid dan Rumah Makan



Tiga hari sudah Ibadah Puasa di jalani oleh umat Muslim.

Namun uforianya sudah terasa tak seperti malam pertama puasa.
Saat malam pertama puasa, hampir seluruh Mesjid di penuhi Jemaat.
Warung-warung pun jarang sekali yang terlihat buka dan menggelar dagangan.
Terutama tentu kedai-kedai yang menjual nasi dan makanan lainya.

Namun sekarang, baru hari ketiga.
Masjid mulai berkurang penumpang, kedai-kedai kopi dan penjual nasi sudah berani membuka warungnya, walaupun di tutupi beberapa lembar kain.

Benar, puasa adalah ujian seberapa besar kita menahan nafsu lapar, haus dan sebagainya.
Namun di saat aroma makanan menyeruak masuk ke dalam lubang hidung, di antara riuhnya suara keroncongan di dalam perut, apa itu bisa menjamin tak berpikiran kotor untuk hal-hal bangsat..?

Untuk orang-orang yang imanya setebal kulit sapi, mungkin tak menjadi masalah.
Namun bagi saya manusia bangsat permanen, itu sama saja membuat saya merasa goblok menahan perut keroncongan diantara lezatnya aroma makanan.

Jadi saya menghimbau kepada penjual makanan sialan yang takut kehabisan rezeky, hormatilah saya Sitipis iman yang sedang lapar ini, untuk tidak menjual penghilang pahala tersebut didepan hidung saya.

O ya.. hampir lupa.
Demi kenyamanan penumpang di Mesjid Al Fallah, saya akan memasang instalasi wifi gratis.
Dengan gebrakan ini, mudah-mudahan bisa memakmurkan Mesjid lagi.
Kalau perlu, akan saya bagikan undian berhadiah yang penukaran hadiahnya bisa di ambil saat Iedul fitri.


Mohon Do’a restu.

Post a Comment for "Uforia Ramadhan di Dalam Mesjid dan Rumah Makan"